Toko Selimut - Saya pernah melakukan kampanye setahun penuh dengan tema: JAUHI POLITIK dengan subtema KERJA! KERJA! KERJA! Waktu itu, enam tahun lalu, saya ingin mengajak masyarakat agar tidak semua orang tersedot ke magnet politik yang memang lagi "hot" di negara kita.
Ada reformasi, ada kebebasan membentuk partai politik, ada pemilihan presiden langsung dan ada pilkada langsung. Waktu itu saya menangkap gejala terjadinya pembiusan politik kepada masyarakat luas.
Apalagi masyarakat Jawa Timur memang sangat politis. Tokoh-tokoh politik asal Jatim luar biasa dominannya. Akibatnya kedekatan mereka kepada rakyat Jatim juga kental. Buntutnya, daya sedot politik kepada rakyat luar biasa hebat.
Kampanye itu saya maksudkan agar orang ingat bahwa negara ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan politik. Semakin banyak politikus akan semakin ruwet. Semakin besar daya tarik masyarakat pada politik semakin seru pertengkaran politik. Bukan saja antar kekuatan politik, bahkan di internal kelompok-kelompok politik itu sendiri.
Mengapa sesekali perlu kampanye seperti itu?
Jawabnya: kita tidak boleh lupa bahwa salah satu syarat agar sebuah negara bisa maju adalah jumlah pengusahanya minimal harus 5% dari jumlah penduduknya. Sedang sebuah data menunjukkan bahwa jumlah pengusaha di Indoensia ini belum sampai 1% jumlah penduduk. Bahkan ada data yang menyebutkan baru 0,18%!
Orang seperti Ciputra atau Hermawana Kartajaya yang tidak jemu-jemunya membuat atmosfir enterpreuneur dan marketing di masyarakat bisa kalah gema dengan kampanye politik, kalau tidak ada yang menghambat wabah politik itu. Mengapa? Sebab, menjadikan seseorang jadi pengusaha atau menjadi orang marketing itu sulitnya bukan main. Perlu telaten, kerja sungguh-sungguh, jujur, konsisten dan merambat pelan.
Jadi aktivis politik gampang. Jadi pengusaha atau orang marketing sulit
Sedang untuk menjadi politikus: tidak perlu telaten, bahkan boleh hanya hit and run. Juga tidak perlu kerja sungguh-sungguh karena cukup modal mulut. Juga tidak perlu jujur. Bahkan kian pandai menipu kian baik. Tidak perlu konsisten. Bahkan loncat partai sana, loncat partai sini sah-sah saja. Juga tidak perlu konsisten: kapan-kapan koalisi dengan A, lain kali koalisi dengan B. Bahkan dalam satu koalisi pun suaranya bisa beda seperti dalam kasus angket BBM di DPR.
Jadi aktivis politik gampang. Jadi pengusaha atau orang marketing sulit. Karena itu saya sangat menghargai orang seperti Ciputra dan Hermawan Kartajaya yang di tengah-tengah hotnya isyu politik di Jatim saat menjelang Pilkada seperti ini, masih tetap gigih mengadakan berbagai perlawanan kepada arus politik.
Mungkin sudah waktunya lagi dikampanyekan besar-besaran JAUHI POLITIK disertai seruan KEMBALILAH BEKERJA. Terutama tahun-tahun terakhir ini daya pikat politik mengalami pasang naik lagi. Tragisnya, beberapa orang yang dulu sudah mulai tertarik jadi pengusaha dan sudah mulai menampakkan hasilnya kembali mengalami kemunduran. Gara-garanya: merasa sudah berduit, lalu terjun ke politik dan kehilanganlah IMAN wiraswastaannya.
Ingat! Kita perlu 5% penduduk yang mau jadi pengusaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar